Wednesday, July 18, 2012

Winnie dan Lisa (Bahagian 3)

Aku permainkan lidahku di dalam mulutnya dan dengan mesra Lisa mulai berani membalas cumbuanku dengan menggigit lembut dan mengulum lidahku dengan bibirnya. Terasa nikmat dan manis. Ketika kedua lidah kami bersentuhan, hangat dan basah. Lalu kukucup dan kukulum bibir atas dan bawahnya berganti-ganti. Terdengar bunyi kecapan-kecapan kecil saat bibirku dan bibirnya saling berlaga. Tak kusangka Lisa dapat membalas semua kucupan dengan ghairah begitu.

“Aah. Lisa. Pandaipun. Lisa pernah ada boyfriend ya?”, tanyaku.

“Mm. Lisa belum pernah ada boyfriend. Ini Lisa buat yang pertama. Bang.”, jawabnya.

“Macam dah biasa aje. Lisa pernah tengok blue film yaa?”, tanyaku kembali.

“I. Iya Bang. Ada beberapa kali.”, jawab Lisa lalu tersenyum. Tunduk. Malu.

Aku tersenyum. Jemari tangan kananku yang masih berada di kelangkangnya mulai bergerak menekan bukit cipapnya semula. Kuusap-usap ke atas dan ke bawah dengan perlahan. Lisa menjerit kecil dan mengeluh perlahan, kedua matanya dipejamkannya rapat-rapat, sementara mulutnya yang kecil terbuka sedikit. Wajahnya nampak berpeluh sedikit. Kucium telinganya dengan lembut.

“Oohmm. Bb.. Bangg..”, bisiknya perlahan.

“Sedap tak Abang buat begini”, tanyaku bernafsu.

“Hh.. I.. Iyyaa.. Sedap Bang..”, bisiknya terus terang. Dia ni dah naik nafsunya ni. Fikirku dalam hati.
Aku merangkul tubuhnya lebih rapat ke badanku lalu kami kembali berkucupan. Tangan kirinya menarik pinggangku dan memegang kemejaku kuat-kuat. Bila puas mengusap-usap bukit cipapnya, kini jemari tangan kananku bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal pehanya terus ke atas. Di bawah baju kurungnya. Menyelusuri pinggangnya yang kecil ramping tapi padat, sambil terus mengusap. Kurasakan hujung jemariku mulai berada di antara dua buah dadanya. Jemari tanganku merasakan betapa padat buah dadanya. Aku usap perlahan di situ lalu mulai mendaki perlahan-lahan. Kekadang jemari tanganku meramas buah dadanya terlalu kuat. Lembut dan semakin kenyal. Ketika itu juga Lisa melepaskan bibirnya dari kuluman bibirku. Mulutnya menjerit kecil.

“Aaww.. Bang sakitt.. Jangan kuat-kuat..”, protes Lisa tapi tetap tersenyum.

Kini secara berganti-ganti aku meramas kedua buah dadanya dengan lebih lembut. Lisa menatapku dengan senyumnya yang mesra. Ia membiarkan saja tanganku menjamah dan meramas kedua buah dadanya sampai puas. Hanya sesekali ia merintih dan mendesah lembut bila aku ramas buah dadanya terlalu kuat. Aku sudah tak berdaya lagi menahan desakan batangku yang sudah kembang sekembang-kembangnya. Aku buka seluar panjangku di hadapannya. Tinggal seluar dalamku dengan baju kemejaku. Aku tak peduli, macamanapun dia akan lihat juga nanti adik kesayanganku ini. Lisa hanya memandangku. Agak terperanjat.

Aku ambil tangan kirinya dan kuletakkan di celah kelangkangku. Kulihat kedua matanya dipejamkan rapat-rapat. Dalam hatiku berkata. Eehh. Dia. Ni malu-malu tapi mau.,. Tangan Lisa itu mulai menyentuh batangku yang beralaskan seluar dalamku. Apalagi batangku tersengguk-sengguk tak boleh diam. Langsung aku buka seluar dalamku. Aku genggamkan tangannya pada batangku. Aku mengerang nikmat bila tiba-tiba saja Lisa bukannya menggenggam lagi tapi malah meramas dengan kuat. Aku mengeluh nikmat. Kulihat Lisa kini sudah berani menatap batangku yang sedang diramasnya, aku tak tahu apa yang sedang ada dalam fikirannya, aku tak peduli, yang penting kenikmatan.

Aku tarik tubuh Lisa rapat di sampingku dan aku peluk dengan kemas. Lisa menggeliat manja saat aku merapatkan badanku ke tubuhnya yang kecil sehingga buah dadanya yang terasa menekan dadaku. Mm asyikknya. Sementara itu aku cari bibirnya, Lisa merangkulkan kedua lengannya ke leherku, dengan gelojoh tiba-tiba ia pun mengucup bibirku, aku membalasnya dengan tak kurang ganasnya. Lisa termengah-mengah kehabisan nafas. Sementara itu aku tekan batangku kuat ke arah cipapnya. Semasa berkuluman, jemari tanganku mulai merayap ke bahagian belakang tubuhnya, sampai jemari kedua tanganku berada diatas bulatan kedua belah ponggongnya. Kuramas dan kuusap-usap. Aku goyang-goyang daging di ponggongnya sehingga aku dapat merasakan kekenyalan daging ponggongnya yang padat itu.

Lisa merintih dan mengerang kecil dalam cumbuanku. Lalu kurapatkan ke bahagian bawah tubuhnya ke depan sehingga mau tak mau batangku yang telah keras itu berlaga dengan cipapnya yang masih berbungkus. Aku mulai menggesel-geselkan batangku. Lisa diam saja. Mungkin terasa nikmatnya.
Kedua tanganku mulai berleluasa. Mencari kancingnya. Aku turunkan badanku sehingga mukaku berada di depan kelangkangnya. Setelah aku buka kancing kainnya segera aku tarik ke bawah sampai terbuka, pandanganku tak lepas dari kelangkangnya, dan kini terpampanglah di depanku seluar dalam yang berwarna putih. Tampak kesan basah air mazinya di tengah-tengah. Aku memandang ke atas dan Lisa menatapku sambil tetap tersenyum. Wajahnya tampak merah padam menahan malu.

“Abang buka yaa.. Ya?”, tanyaku pura-pura. Meminta izin.

Lisa hanya menganggukan kepalanya perlahan. Kedua tanganku kembali merayap ke atas menyelusuri kedua betisnya yang kecil terus ke atas sampai kedua belah pehanya yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun, halus sekali kulit pehanya, aku usap perlahan dan mulai meramas.

” Ooh.. Bang..”, Lisa merintih kecil.

Kemudian jemari kedua tanganku merayap ke belakang. Ke ponggongnya yang bulat. Aku ramas-ramas ganas. Aahh. Begitu halus, kenyal dan padat. Ternyata Lisa pandai menjaga diri. Ketika jemari tanganku menyentuh tali bahagian atas seluar dalamnya, aku tarik ke bawah. Betapa indahnya bentuk cipapnya. Seperti kuih putu piring aje. Di bahagian tengah bukit cipapnya terbelah. Masih tertutup rapat liang cipapnya.

Di sekitar kawasan itu hanya terlihat beberapa helai bulu cipapnya. Itupun halus-halus. Begitu bersih dan putih cipap milik Lisa ni, bisik hatiku. Sedang aku menghayati keindahan cipapnya itu. Aku lihat Lisa membuka baju kurungnya. Kemudian aku tolong dia buka branya. Wajahnya sedikit kemerahan menahan malu namun ia berusaha untuk tetap tersenyum. Aduhai. Buah dadanya itu memang cantik. Berbentuk bulat seperti bola tennis, warnanya putih. Bersih. Puting-putingnya masih kecil. Berwarna merah muda brownish pun ada sikit-sikit. Sungguh cantik. Fikirku.

“Lisa ni cantik sekali”, bisikku perlahan.

Batangku semakin tersengguk-sengguk tak tentu hala. Lalu Lisa menghulurkan kedua tangannya kepadaku mengajakku berdiri. Kini rasanya kami seperti sepasang kekasih saja.

“Bang. Lisa dah siap. Lisa akan serahkan semuanya. Seperti yang Abang. Dan Lisa inginkan”, bisiknya.

Aku memeluknya. Badanku seperti terkena medan elektrik statik saat kulitku menyentuh kulit halusnya yang hangat dan mulus apalagi ketika kedua buah dadanya yang bulat menekan lembut dadaku. Jemari tanganku tak berhenti-henti mengusap ponggongnya yang telanjang. Begitu halus dan mulus. aku tak sanggup menahan nafsuku lagi.

“Aahh. Atas katil jom. Abang dah tak tahan ni”, bisikku tanpa malu-malu lagi. Lisa tersenyum.

“Terserah Bang. Abang nak buat kat manapun”, sahutnya.

Tooiinng. Batangku tersengguk-sengguk seolah-olah bersetuju. Dengan penuh nafsu aku segera menarik tubuhnya ke katil. Kurebahkan tubuh Lisa yang telanjang bulat itu di atas katil, Tubuh Lisa yang telanjang bulat kelihatan dengan jelas dari hujung rambut sampai hujung kaki. Lisa memandangku. Menunggu apa yang akan berlaku seterusnya.

Aku buka baju kemejaku. Aku merayap keatas katil. Dan baring di sebelahnya. Kami berkulumam lidah sebentar. Sementara tanganku merayap ke seluruh tubuhnya. Aku usap kedua buah dadanya sambil meramas-ramas perlahan. Kemudian tanganku turun ke bawah. Ke celah kelangkangnya. Sambil mengusap-usap di situ. Sampai terasa lelehan air mazinya di jariku. Lisa merintih-rintih kecil.
Aku geserkan mukaku tepat berada di atas kedua bulatan buah dadanya, Jemari kedua tanganku mulai merayap di dua gunung miliknya itu, seolah hendak mencakar kedua buah dadanya. Dan aku uli secukupnya gumpalan kedua buah dadanya yang kenyal dan montok. Lisa merintih dan menggeliat antara geli dan nikmat.

“Bang.. Mm.. Mm.. Iih.. Geli Bang..”, erangnya perlahan.

Beberapa saat kumainkan kedua puting-puting buah dadanya yang kemerahan dengan ujung jemariku. Lisa menggeliat lagi. Aku gentel sedikit putingnya dengan lembut.

“Mm Bang”, Lisa semakin mendesah tak karuan dan aku ramas-ramas kedua buah.

“Aaww. Bbaa.. Nngg..”, Lisa mengerang dan kedua tangannya memegang kain cadar dengan kuat.
Selaput daranya dah carik dah. Aku tak begitu peduli dan terus menekan. Kulihat bibir cipapnya mekar semakin besar seperti kembang kuncup. Aagghh. aku menahan rasa nikmat kemutan cipapnya. Kupegang bahu dan kutarik kearahku. Srrtt.. Crrkrktt.. Batangku masuk makin ke dalam. Oouuhh nikmatnya setengah mati., Lisa terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara aku sendiri pejam celik keenakkan. Batangku keenakan bila kupaksa untuk menyelusup ke dalam liang cipapnya yangg sempit. Terasa hangat dan sedikit basah.

Lisa merintih dan memekik-mekik kecil ketika batangku berjaya menyelusup liang cipapnya yang tersangat sempit. Wooww. Nikmatnya saat liang cipapnya menyepit kepala batangku, daging cipapnya terasa hangat dan agak licin, namun kemutannya begitu kuat seakan-akan kepala batangku seperti diramas-ramas. Aku kembali menekan hingga de dasarnya dan Lisa menjerit kecil lagi, aku tak peduli.

“Aaww. Bbaanngg sakiit..”, teriak Lisa meminta belas kasihan, tubuhnya menggeliat kesakitan dan gemetar.

Aku berusaha menenteramkannya. Kukulum bibir dan lidah Lisa dengan penuh nafsu sekali sambil kugoyang ponggongku perlahan-perlahan. Kemudian aku kucup dahinya. Perlahan aku bawa bibirku ke arah dadanya. Kesedut-sedut lagi. Sehingga bertambah lagi kemerah-merahan tubuhnya yang putih. Mendesah-desah Lisa. Kegelian dan nikmat.

Akhirnya aku tarik batangku. Hanya kapala batangku sahaja yang masih di dalam cipapnya. Aku tarik dan sorong kepala batangku di liang cipapnya berkali-kali. Lisa mula merintih-rintih kembali. Dan aku mengambil kesempatan itu dengan menghentak batangku masuk menyelusup terus ke dasarnya. Tubuh Lisa terangkat ke atas sambil memelukku.

“Ssaakiit.. Oohh… Ssedapnya Bang..”, erang Lisa perlahan. Perkataan sakit sudah bertukar menjadi sedap.

Aku buat begitu berkali-kali. Itulah keenakan bermain dengan seorang dara sunti. Masih perawan. Dan mungkin betapa nikmatnya seorang dara sunti mengalaminya pertama kali. Aku peluk erat tubuhnya. Aku menggeliat kenikmatan merasakan kehangatan dan kehalusan kulitnya, apalagi masa dadaku menekan kedua buah dadanya yang montok. Rasanya begitu kenyal dan hangat. Puting-puting susunya terasa mengeras dan tajam. Perut kami bersentuhan lembut dan yang paling merangsang adalah waktu batangku berenag-renang di dalam liang cipapnya yang lembut tapi sempit.

“Lisa. Hh. Bagaimana sekarang..”, bisikku mesra. Ia memandangku dan tersenyum malu.

“Mm.. Sedap Bang.. Rupanya nikmat ya Bang..”, ujarnya terus terang.

Belum sempat dia selesai berkata-kata, aku tarik kepalanya dan mengulum bibirnya yangg nakal itu, Lisa membalas. Kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya dan Lisa terus mengulumnya hangat. Kurayapkan kedua jemari tanganku di belakangnya. Mengusap dan menyelusuri tubuhnya dari bahu terus ke bawah. Di bahunya yang hangat dan padat. Kuramas-ramas dan ketika tanganku bergerak ke bulatan ponggongnya yang bulat merangsang.

Aku genggam dan ramas semahunya. Aku mulai menggoyangkan ponggongnya aku gesel tubuh Lisa yang bogel terutama pada bahagian kelangkangnya dimana batangku masih terpacak. Menekan cipap kecil milik Lisa yang lembut, betapa nikmatnya kurasakan. Lisa menggeliat kegelian namun ia sama sekali tak menolak. Batangku terasa senak bergesel dengan dasar liang cipapnya. Lisa hanya merintih kesedapan dan memekik kecil.

“Aahh.. Sedap Banngg..”, erangnya membuatku makin terangsang.

“Aahh.. Lisa.. Cipapmu.. Nikmat.. Sshh..”, aku melenguh keenakan.

“Goyaang Bbaanng..”, bisiknya hampir tak terdengar. Manja.

Aku menuruti kehendaknya. Aku goyang perlahan-lahan. Sambil aku cium bibirnya dengan bernafsu, dan iapun membalas dengan bernafsu. Nafasnya mendengus-dengus. Batangku menggesel-gesel liang cipapnya dengan agak kasar. Lisa memeluk ponggongku dengan kuat, ujung jemari tangannya menekan punggungku dengan keras. Kukunya terasa menembusi kulitku. Tapi aku tak peduli, aku sedang melayang-layang menikmati tubuhnya. Lisa merintih-merintih dalam cumbuanku. Beberapa kali ia cuba menggigit bibirku, namun aku tak peduli. Aku hanya merasakan betapa liang cipapnya yang hangat dan lembut itu mengemut ketat batangku. Seakan ketika kutarik keluar batangku. Seolah cipapnya mahu ikut sama. Agghh. Nikmatnya luar biasa. Aku mendesis panjang kerana terlalu nikmat.

Aku tarik dan sorong batangku. Keluar masuk menggesel liang cipapnya. Aku rasa dah tak tahan. Nak klimaks. Lisa kulihat seperti terawang-awang perasaannya. Kedua jemari tangannya mengusap-usap perlahan yang berpeluh. Aku kembali mengucup bibirnya. Mengajak bercumbu, Lisa menyambut bibirku. Aku mulai menggerakkan ponggongku turun naik. Tetapi lambat dan teratur. Kutarik perlahan batangku keluar dari kemutan liang cipapnya.

Perlahan-lahan batangku kusorongkan kembali di celah liang hangatnya. Cipapnya kembali mengemut lembut kulit batangku. Kemutan liang cipapnya kembali menahan laju gerakan masuk batangku.

“Aagghh”, kembali aku mengerang menahan rasa nikmat yang tiada tara saat itu.

Lisa menjerit kecil lalu merintih-rintih perlahan diantara rasa nyilu dan nikmat. Aku tekan ponggongku lebih ke bawah hingga seluruh batangku tidak ada lagi yang tersisa di luar celah cipapnya, kutekan dan kutekan sampai kurasakan di antara kemutan ketat bibir dan liang cipapnya kepala batangku menyentuh dasar cipapnya. Mulut rahimnya.

“Aaghhghh”, Lisa kini mengerang-erang mulai merasakan nikmatnya permainan indah ini.

“Oouuhwhww.. Bangg.. Lisa ssee.. Ssedapp.. Nyee.. Oouuhhww..” ia kembali mengerang kenikmatan.

“Aahhgghh.. B.. Bangg.. Aahhghgh. Nikmat b.. angg..”, erangnya lagi.

Saat itu seluruh batangku kembali kubenamkan ke dalam liang cipapnya secara perlahan. Kedua jemari tangan Lisa mengusap-usap dan mencengkam-cengkam kedua belah ponggongku yang terus bergerak turun naik secara lembut menyetubuhinya. Badannya ikut bergoyang perlahan naik turun bahkan kekadang mengayak-ayak seirama dengan tarikan. Beberapa kali dia melepaskan kucupannya dan mendesah lembut melepaskan rasa nikmat. Dia sudah mulai terbiasa dengan gerakan permainan ini.

Aku tarik dan sorong batangku dengan penuh kenikmatan. Kekadang aku sengaja aku main-mainkan kepala batangku di alur cipapnya. Aku sondol-sondol batu permatanya. Tubuh Lisa bergetar-getarku rasakan. Dan ketika Lisa mengerang-erang kesedapan. Aku hentak batangku masuk sampai ke dasarnya kembali. Tubuh Lisa terangkat-angkat bila aku lakukan begitu. Itu yang menjadi keseronokanku. Menikmati tubuh seorang dara sunti.

Tiba-tiba tubuh Lisa mengejang dan bergetar lembut. Mulutnya mendesis dalam kuluman bibirku. Kedua kakinya tiba-tiba dihentakkan ke belakang ponggongku. Sambil ponggongnya diayak-ayak. Aku rasa liang cipap miliknya terkemut-kemut membuat batangku seakan diramas-ramas kuat. Tubuhku ikut merasakan kenikmatan yang amat sangat. Aku biarkan lagi batangku terbenam di dalam liang cipapnya yang sedang berkemut-kemut itu. Suatu cairan yang hangat dan licin mulai membasahi seluruh batang. Lisa menjerit kecil dan melenguh panjang. Aku tau. Lisa dah klimaks lagi.

“Aagghh.. Oouuhh..”, erangnya nikmat.

Kubiarkan Lisa menikmati klimaksnya. Sambil kurendam batangku seketika. Mata Lisa terpejam rapat. Kemudian aku terus berdayung di dalam kehangatan cairan klimaksnya. Semakin laju dan laju. Aku tak dapat menahan. Air maniku mengalir deras menuju hujung batangku. Aku cuba menahan lagi. Tersengguk-sengguk batangku jadinya. Namun akhirnya aku menyerah kalah.

Aku benamkan seluruhnya batangku dan seterusnya ikut melepaskan rasa nikmat yang tertahan dan mencapai puncak nikmat. Air maniku menyembur tumpah keluar dari dalam liang cipapnya.

“Aaghh”, akupun meraung keras, melepaskan segala perasaan yang tertinggal.

Dan sambil tanganku memaut ponggong Lisa dan Lisa ayak-ayak tanpa kupinta. Merasai kehangatan air maniku di dalam cipapnya. Tubuh kami sama-sama bergetaran dan mengejang.

“Oouuh.. Bbaanngg.. Oouugghh..”, Lisa melenguh melepas klimaknya.

“Hhgghh… Lii.. Sa.. Hhghgghhg… Oouhh nikmatnya…”, erangku sambil menikmati.

Batangku tersengguk-sengguk memuntahkan air maniku di dalam liang cipapnya. Kugoyang-goyang pinggangnya ke kiri dan aku sudah tak berdaya mengangkat tubuhku lagi. aku rasakan liang cipap Lisa mengendur. Tiba-kedua kakinya terkulai lemas tak bertenaga. Akhirnya akupun ikut terkulai layu di atas tubuhnya.

Aku benar-benar sangat letih namun penuh dengan kenikmatan. Kami berdua hanya mendesah panjang merasai sisa-sisa kenikmatan yang masih tersisa. Aku memeluk erat tubuh Lisa, lalu kukulum bibirnya dengan lembut, lalu aku berguling di sampingnya, batangku menggelungsur keluar dari dalam liang cipap yang kini sudah licin. Ia merintih ngilu. Aku menghempaskan tubuhku di samping tubuh bogel Lisa yang putih mulus berpeluh. Kelemasan.

Begitulah pengalamanku. Selama beberapa hari aku di PJ, aku dan Lisa kerap melakukannya. Sebelum aku meninggalkan Lisa, dia sempat menceritakan kisah Winnie kepadaku. Sebenarnya Winnie telah dijadikan mistress seorang datuk. Tapi Lisa tak bagi tau sapa. Dan Lisa juga akan mengikuti langkahnya. Selepas itu aku putus terus hubungan dengan mereka berdua. Dan aku terus memburu gadis-gadis sunti.

No comments:

Post a Comment