Aku permainkan lidahku di dalam mulutnya dan dengan mesra Lisa mulai
berani membalas cumbuanku dengan menggigit lembut dan mengulum lidahku
dengan bibirnya. Terasa nikmat dan manis. Ketika kedua lidah kami
bersentuhan, hangat dan basah. Lalu kukucup dan kukulum bibir atas dan
bawahnya berganti-ganti. Terdengar bunyi kecapan-kecapan kecil saat
bibirku dan bibirnya saling berlaga. Tak kusangka Lisa dapat membalas
semua kucupan dengan ghairah begitu.
“Aah. Lisa. Pandaipun. Lisa pernah ada boyfriend ya?”, tanyaku.
“Mm. Lisa belum pernah ada boyfriend. Ini Lisa buat yang pertama. Bang.”, jawabnya.
“Macam dah biasa aje. Lisa pernah tengok blue film yaa?”, tanyaku kembali.
“I. Iya Bang. Ada beberapa kali.”, jawab Lisa lalu tersenyum. Tunduk. Malu.
Aku tersenyum. Jemari tangan kananku yang masih berada di
kelangkangnya mulai bergerak menekan bukit cipapnya semula. Kuusap-usap
ke atas dan ke bawah dengan perlahan. Lisa menjerit kecil dan mengeluh
perlahan, kedua matanya dipejamkannya rapat-rapat, sementara mulutnya
yang kecil terbuka sedikit. Wajahnya nampak berpeluh sedikit. Kucium
telinganya dengan lembut.
“Oohmm. Bb.. Bangg..”, bisiknya perlahan.
“Sedap tak Abang buat begini”, tanyaku bernafsu.
“Hh.. I.. Iyyaa.. Sedap Bang..”, bisiknya terus terang. Dia ni dah naik nafsunya ni. Fikirku dalam hati.
Aku merangkul tubuhnya lebih rapat ke badanku lalu kami kembali
berkucupan. Tangan kirinya menarik pinggangku dan memegang kemejaku
kuat-kuat. Bila puas mengusap-usap bukit cipapnya, kini jemari tangan
kananku bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal pehanya terus ke
atas. Di bawah baju kurungnya. Menyelusuri pinggangnya yang kecil
ramping tapi padat, sambil terus mengusap. Kurasakan hujung jemariku
mulai berada di antara dua buah dadanya. Jemari tanganku merasakan
betapa padat buah dadanya. Aku usap perlahan di situ lalu mulai mendaki
perlahan-lahan. Kekadang jemari tanganku meramas buah dadanya terlalu
kuat. Lembut dan semakin kenyal. Ketika itu juga Lisa melepaskan
bibirnya dari kuluman bibirku. Mulutnya menjerit kecil.
“Aaww.. Bang sakitt.. Jangan kuat-kuat..”, protes Lisa tapi tetap tersenyum.
Kini secara berganti-ganti aku meramas kedua buah dadanya dengan
lebih lembut. Lisa menatapku dengan senyumnya yang mesra. Ia membiarkan
saja tanganku menjamah dan meramas kedua buah dadanya sampai puas. Hanya
sesekali ia merintih dan mendesah lembut bila aku ramas buah dadanya
terlalu kuat. Aku sudah tak berdaya lagi menahan desakan batangku yang
sudah kembang sekembang-kembangnya. Aku buka seluar panjangku di
hadapannya. Tinggal seluar dalamku dengan baju kemejaku. Aku tak peduli,
macamanapun dia akan lihat juga nanti adik kesayanganku ini. Lisa hanya
memandangku. Agak terperanjat.
Aku ambil tangan kirinya dan kuletakkan di celah kelangkangku.
Kulihat kedua matanya dipejamkan rapat-rapat. Dalam hatiku berkata.
Eehh. Dia. Ni malu-malu tapi mau.,. Tangan Lisa itu mulai menyentuh
batangku yang beralaskan seluar dalamku. Apalagi batangku
tersengguk-sengguk tak boleh diam. Langsung aku buka seluar dalamku. Aku
genggamkan tangannya pada batangku. Aku mengerang nikmat bila tiba-tiba
saja Lisa bukannya menggenggam lagi tapi malah meramas dengan kuat. Aku
mengeluh nikmat. Kulihat Lisa kini sudah berani menatap batangku yang
sedang diramasnya, aku tak tahu apa yang sedang ada dalam fikirannya,
aku tak peduli, yang penting kenikmatan.
Aku tarik tubuh Lisa rapat di sampingku dan aku peluk dengan kemas.
Lisa menggeliat manja saat aku merapatkan badanku ke tubuhnya yang kecil
sehingga buah dadanya yang terasa menekan dadaku. Mm asyikknya.
Sementara itu aku cari bibirnya, Lisa merangkulkan kedua lengannya ke
leherku, dengan gelojoh tiba-tiba ia pun mengucup bibirku, aku
membalasnya dengan tak kurang ganasnya. Lisa termengah-mengah kehabisan
nafas. Sementara itu aku tekan batangku kuat ke arah cipapnya. Semasa
berkuluman, jemari tanganku mulai merayap ke bahagian belakang tubuhnya,
sampai jemari kedua tanganku berada diatas bulatan kedua belah
ponggongnya. Kuramas dan kuusap-usap. Aku goyang-goyang daging di
ponggongnya sehingga aku dapat merasakan kekenyalan daging ponggongnya
yang padat itu.
Lisa merintih dan mengerang kecil dalam cumbuanku. Lalu kurapatkan ke
bahagian bawah tubuhnya ke depan sehingga mau tak mau batangku yang
telah keras itu berlaga dengan cipapnya yang masih berbungkus. Aku mulai
menggesel-geselkan batangku. Lisa diam saja. Mungkin terasa nikmatnya.
Kedua tanganku mulai berleluasa. Mencari kancingnya. Aku turunkan
badanku sehingga mukaku berada di depan kelangkangnya. Setelah aku buka
kancing kainnya segera aku tarik ke bawah sampai terbuka, pandanganku
tak lepas dari kelangkangnya, dan kini terpampanglah di depanku seluar
dalam yang berwarna putih. Tampak kesan basah air mazinya di
tengah-tengah. Aku memandang ke atas dan Lisa menatapku sambil tetap
tersenyum. Wajahnya tampak merah padam menahan malu.
“Abang buka yaa.. Ya?”, tanyaku pura-pura. Meminta izin.
Lisa hanya menganggukan kepalanya perlahan. Kedua tanganku kembali
merayap ke atas menyelusuri kedua betisnya yang kecil terus ke atas
sampai kedua belah pehanya yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun,
halus sekali kulit pehanya, aku usap perlahan dan mulai meramas.
” Ooh.. Bang..”, Lisa merintih kecil.
Kemudian jemari kedua tanganku merayap ke belakang. Ke ponggongnya
yang bulat. Aku ramas-ramas ganas. Aahh. Begitu halus, kenyal dan padat.
Ternyata Lisa pandai menjaga diri. Ketika jemari tanganku menyentuh
tali bahagian atas seluar dalamnya, aku tarik ke bawah. Betapa indahnya
bentuk cipapnya. Seperti kuih putu piring aje. Di bahagian tengah bukit
cipapnya terbelah. Masih tertutup rapat liang cipapnya.
Di sekitar kawasan itu hanya terlihat beberapa helai bulu cipapnya.
Itupun halus-halus. Begitu bersih dan putih cipap milik Lisa ni, bisik
hatiku. Sedang aku menghayati keindahan cipapnya itu. Aku lihat Lisa
membuka baju kurungnya. Kemudian aku tolong dia buka branya. Wajahnya
sedikit kemerahan menahan malu namun ia berusaha untuk tetap tersenyum.
Aduhai. Buah dadanya itu memang cantik. Berbentuk bulat seperti bola
tennis, warnanya putih. Bersih. Puting-putingnya masih kecil. Berwarna
merah muda brownish pun ada sikit-sikit. Sungguh cantik. Fikirku.
“Lisa ni cantik sekali”, bisikku perlahan.
Batangku semakin tersengguk-sengguk tak tentu hala. Lalu Lisa
menghulurkan kedua tangannya kepadaku mengajakku berdiri. Kini rasanya
kami seperti sepasang kekasih saja.
“Bang. Lisa dah siap. Lisa akan serahkan semuanya. Seperti yang Abang. Dan Lisa inginkan”, bisiknya.
Aku memeluknya. Badanku seperti terkena medan elektrik statik saat
kulitku menyentuh kulit halusnya yang hangat dan mulus apalagi ketika
kedua buah dadanya yang bulat menekan lembut dadaku. Jemari tanganku tak
berhenti-henti mengusap ponggongnya yang telanjang. Begitu halus dan
mulus. aku tak sanggup menahan nafsuku lagi.
“Aahh. Atas katil jom. Abang dah tak tahan ni”, bisikku tanpa malu-malu lagi. Lisa tersenyum.
“Terserah Bang. Abang nak buat kat manapun”, sahutnya.
Tooiinng. Batangku tersengguk-sengguk seolah-olah bersetuju. Dengan
penuh nafsu aku segera menarik tubuhnya ke katil. Kurebahkan tubuh Lisa
yang telanjang bulat itu di atas katil, Tubuh Lisa yang telanjang bulat
kelihatan dengan jelas dari hujung rambut sampai hujung kaki. Lisa
memandangku. Menunggu apa yang akan berlaku seterusnya.
Aku buka baju kemejaku. Aku merayap keatas katil. Dan baring di
sebelahnya. Kami berkulumam lidah sebentar. Sementara tanganku merayap
ke seluruh tubuhnya. Aku usap kedua buah dadanya sambil meramas-ramas
perlahan. Kemudian tanganku turun ke bawah. Ke celah kelangkangnya.
Sambil mengusap-usap di situ. Sampai terasa lelehan air mazinya di
jariku. Lisa merintih-rintih kecil.
Aku geserkan mukaku tepat berada di atas kedua bulatan buah dadanya,
Jemari kedua tanganku mulai merayap di dua gunung miliknya itu, seolah
hendak mencakar kedua buah dadanya. Dan aku uli secukupnya gumpalan
kedua buah dadanya yang kenyal dan montok. Lisa merintih dan menggeliat
antara geli dan nikmat.
“Bang.. Mm.. Mm.. Iih.. Geli Bang..”, erangnya perlahan.
Beberapa saat kumainkan kedua puting-puting buah dadanya yang
kemerahan dengan ujung jemariku. Lisa menggeliat lagi. Aku gentel
sedikit putingnya dengan lembut.
“Mm Bang”, Lisa semakin mendesah tak karuan dan aku ramas-ramas kedua buah.
“Aaww. Bbaa.. Nngg..”, Lisa mengerang dan kedua tangannya memegang kain cadar dengan kuat.
Selaput daranya dah carik dah. Aku tak begitu peduli dan terus
menekan. Kulihat bibir cipapnya mekar semakin besar seperti kembang
kuncup. Aagghh. aku menahan rasa nikmat kemutan cipapnya. Kupegang bahu
dan kutarik kearahku. Srrtt.. Crrkrktt.. Batangku masuk makin ke dalam.
Oouuhh nikmatnya setengah mati., Lisa terus menangis terisak-isak
kesakitan, sementara aku sendiri pejam celik keenakkan. Batangku
keenakan bila kupaksa untuk menyelusup ke dalam liang cipapnya yangg
sempit. Terasa hangat dan sedikit basah.
Lisa merintih dan memekik-mekik kecil ketika batangku berjaya
menyelusup liang cipapnya yang tersangat sempit. Wooww. Nikmatnya saat
liang cipapnya menyepit kepala batangku, daging cipapnya terasa hangat
dan agak licin, namun kemutannya begitu kuat seakan-akan kepala batangku
seperti diramas-ramas. Aku kembali menekan hingga de dasarnya dan Lisa
menjerit kecil lagi, aku tak peduli.
“Aaww. Bbaanngg sakiit..”, teriak Lisa meminta belas kasihan, tubuhnya menggeliat kesakitan dan gemetar.
Aku berusaha menenteramkannya. Kukulum bibir dan lidah Lisa dengan
penuh nafsu sekali sambil kugoyang ponggongku perlahan-perlahan.
Kemudian aku kucup dahinya. Perlahan aku bawa bibirku ke arah dadanya.
Kesedut-sedut lagi. Sehingga bertambah lagi kemerah-merahan tubuhnya
yang putih. Mendesah-desah Lisa. Kegelian dan nikmat.
Akhirnya aku tarik batangku. Hanya kapala batangku sahaja yang masih
di dalam cipapnya. Aku tarik dan sorong kepala batangku di liang
cipapnya berkali-kali. Lisa mula merintih-rintih kembali. Dan aku
mengambil kesempatan itu dengan menghentak batangku masuk menyelusup
terus ke dasarnya. Tubuh Lisa terangkat ke atas sambil memelukku.
“Ssaakiit.. Oohh… Ssedapnya Bang..”, erang Lisa perlahan. Perkataan sakit sudah bertukar menjadi sedap.
Aku buat begitu berkali-kali. Itulah keenakan bermain dengan seorang
dara sunti. Masih perawan. Dan mungkin betapa nikmatnya seorang dara
sunti mengalaminya pertama kali. Aku peluk erat tubuhnya. Aku menggeliat
kenikmatan merasakan kehangatan dan kehalusan kulitnya, apalagi masa
dadaku menekan kedua buah dadanya yang montok. Rasanya begitu kenyal dan
hangat. Puting-puting susunya terasa mengeras dan tajam. Perut kami
bersentuhan lembut dan yang paling merangsang adalah waktu batangku
berenag-renang di dalam liang cipapnya yang lembut tapi sempit.
“Lisa. Hh. Bagaimana sekarang..”, bisikku mesra. Ia memandangku dan tersenyum malu.
“Mm.. Sedap Bang.. Rupanya nikmat ya Bang..”, ujarnya terus terang.
Belum sempat dia selesai berkata-kata, aku tarik kepalanya dan
mengulum bibirnya yangg nakal itu, Lisa membalas. Kujulurkan lidahku ke
dalam mulutnya dan Lisa terus mengulumnya hangat. Kurayapkan kedua
jemari tanganku di belakangnya. Mengusap dan menyelusuri tubuhnya dari
bahu terus ke bawah. Di bahunya yang hangat dan padat. Kuramas-ramas dan
ketika tanganku bergerak ke bulatan ponggongnya yang bulat merangsang.
Aku genggam dan ramas semahunya. Aku mulai menggoyangkan ponggongnya
aku gesel tubuh Lisa yang bogel terutama pada bahagian kelangkangnya
dimana batangku masih terpacak. Menekan cipap kecil milik Lisa yang
lembut, betapa nikmatnya kurasakan. Lisa menggeliat kegelian namun ia
sama sekali tak menolak. Batangku terasa senak bergesel dengan dasar
liang cipapnya. Lisa hanya merintih kesedapan dan memekik kecil.
“Aahh.. Sedap Banngg..”, erangnya membuatku makin terangsang.
“Aahh.. Lisa.. Cipapmu.. Nikmat.. Sshh..”, aku melenguh keenakan.
“Goyaang Bbaanng..”, bisiknya hampir tak terdengar. Manja.
Aku menuruti kehendaknya. Aku goyang perlahan-lahan. Sambil aku cium
bibirnya dengan bernafsu, dan iapun membalas dengan bernafsu. Nafasnya
mendengus-dengus. Batangku menggesel-gesel liang cipapnya dengan agak
kasar. Lisa memeluk ponggongku dengan kuat, ujung jemari tangannya
menekan punggungku dengan keras. Kukunya terasa menembusi kulitku. Tapi
aku tak peduli, aku sedang melayang-layang menikmati tubuhnya. Lisa
merintih-merintih dalam cumbuanku. Beberapa kali ia cuba menggigit
bibirku, namun aku tak peduli. Aku hanya merasakan betapa liang cipapnya
yang hangat dan lembut itu mengemut ketat batangku. Seakan ketika
kutarik keluar batangku. Seolah cipapnya mahu ikut sama. Agghh.
Nikmatnya luar biasa. Aku mendesis panjang kerana terlalu nikmat.
Aku tarik dan sorong batangku. Keluar masuk menggesel liang cipapnya.
Aku rasa dah tak tahan. Nak klimaks. Lisa kulihat seperti
terawang-awang perasaannya. Kedua jemari tangannya mengusap-usap
perlahan yang berpeluh. Aku kembali mengucup bibirnya. Mengajak
bercumbu, Lisa menyambut bibirku. Aku mulai menggerakkan ponggongku
turun naik. Tetapi lambat dan teratur. Kutarik perlahan batangku keluar
dari kemutan liang cipapnya.
Perlahan-lahan batangku kusorongkan kembali di celah liang hangatnya.
Cipapnya kembali mengemut lembut kulit batangku. Kemutan liang cipapnya
kembali menahan laju gerakan masuk batangku.
“Aagghh”, kembali aku mengerang menahan rasa nikmat yang tiada tara saat itu.
Lisa menjerit kecil lalu merintih-rintih perlahan diantara rasa nyilu
dan nikmat. Aku tekan ponggongku lebih ke bawah hingga seluruh batangku
tidak ada lagi yang tersisa di luar celah cipapnya, kutekan dan kutekan
sampai kurasakan di antara kemutan ketat bibir dan liang cipapnya
kepala batangku menyentuh dasar cipapnya. Mulut rahimnya.
“Aaghhghh”, Lisa kini mengerang-erang mulai merasakan nikmatnya permainan indah ini.
“Oouuhwhww.. Bangg.. Lisa ssee.. Ssedapp.. Nyee.. Oouuhhww..” ia kembali mengerang kenikmatan.
“Aahhgghh.. B.. Bangg.. Aahhghgh. Nikmat b.. angg..”, erangnya lagi.
Saat itu seluruh batangku kembali kubenamkan ke dalam liang cipapnya
secara perlahan. Kedua jemari tangan Lisa mengusap-usap dan
mencengkam-cengkam kedua belah ponggongku yang terus bergerak turun naik
secara lembut menyetubuhinya. Badannya ikut bergoyang perlahan naik
turun bahkan kekadang mengayak-ayak seirama dengan tarikan. Beberapa
kali dia melepaskan kucupannya dan mendesah lembut melepaskan rasa
nikmat. Dia sudah mulai terbiasa dengan gerakan permainan ini.
Aku tarik dan sorong batangku dengan penuh kenikmatan. Kekadang aku
sengaja aku main-mainkan kepala batangku di alur cipapnya. Aku
sondol-sondol batu permatanya. Tubuh Lisa bergetar-getarku rasakan. Dan
ketika Lisa mengerang-erang kesedapan. Aku hentak batangku masuk sampai
ke dasarnya kembali. Tubuh Lisa terangkat-angkat bila aku lakukan
begitu. Itu yang menjadi keseronokanku. Menikmati tubuh seorang dara
sunti.
Tiba-tiba tubuh Lisa mengejang dan bergetar lembut. Mulutnya mendesis
dalam kuluman bibirku. Kedua kakinya tiba-tiba dihentakkan ke belakang
ponggongku. Sambil ponggongnya diayak-ayak. Aku rasa liang cipap
miliknya terkemut-kemut membuat batangku seakan diramas-ramas kuat.
Tubuhku ikut merasakan kenikmatan yang amat sangat. Aku biarkan lagi
batangku terbenam di dalam liang cipapnya yang sedang berkemut-kemut
itu. Suatu cairan yang hangat dan licin mulai membasahi seluruh batang.
Lisa menjerit kecil dan melenguh panjang. Aku tau. Lisa dah klimaks
lagi.
“Aagghh.. Oouuhh..”, erangnya nikmat.
Kubiarkan Lisa menikmati klimaksnya. Sambil kurendam batangku
seketika. Mata Lisa terpejam rapat. Kemudian aku terus berdayung di
dalam kehangatan cairan klimaksnya. Semakin laju dan laju. Aku tak dapat
menahan. Air maniku mengalir deras menuju hujung batangku. Aku cuba
menahan lagi. Tersengguk-sengguk batangku jadinya. Namun akhirnya aku
menyerah kalah.
Aku benamkan seluruhnya batangku dan seterusnya ikut melepaskan rasa
nikmat yang tertahan dan mencapai puncak nikmat. Air maniku menyembur
tumpah keluar dari dalam liang cipapnya.
“Aaghh”, akupun meraung keras, melepaskan segala perasaan yang tertinggal.
Dan sambil tanganku memaut ponggong Lisa dan Lisa ayak-ayak tanpa
kupinta. Merasai kehangatan air maniku di dalam cipapnya. Tubuh kami
sama-sama bergetaran dan mengejang.
“Oouuh.. Bbaanngg.. Oouugghh..”, Lisa melenguh melepas klimaknya.
“Hhgghh… Lii.. Sa.. Hhghgghhg… Oouhh nikmatnya…”, erangku sambil menikmati.
Batangku tersengguk-sengguk memuntahkan air maniku di dalam liang
cipapnya. Kugoyang-goyang pinggangnya ke kiri dan aku sudah tak berdaya
mengangkat tubuhku lagi. aku rasakan liang cipap Lisa mengendur.
Tiba-kedua kakinya terkulai lemas tak bertenaga. Akhirnya akupun ikut
terkulai layu di atas tubuhnya.
Aku benar-benar sangat letih namun penuh dengan kenikmatan. Kami
berdua hanya mendesah panjang merasai sisa-sisa kenikmatan yang masih
tersisa. Aku memeluk erat tubuh Lisa, lalu kukulum bibirnya dengan
lembut, lalu aku berguling di sampingnya, batangku menggelungsur keluar
dari dalam liang cipap yang kini sudah licin. Ia merintih ngilu. Aku
menghempaskan tubuhku di samping tubuh bogel Lisa yang putih mulus
berpeluh. Kelemasan.
Begitulah pengalamanku. Selama beberapa hari aku di PJ, aku dan Lisa
kerap melakukannya. Sebelum aku meninggalkan Lisa, dia sempat
menceritakan kisah Winnie kepadaku. Sebenarnya Winnie telah dijadikan
mistress seorang datuk. Tapi Lisa tak bagi tau sapa. Dan Lisa juga akan
mengikuti langkahnya. Selepas itu aku putus terus hubungan dengan mereka
berdua. Dan aku terus memburu gadis-gadis sunti.
No comments:
Post a Comment